July 27, 2005

RSB Duren Tiga
Sarana untuk Beribadah kepada Allah

source: Republika


Dedicated to Ummu Nida :D

Di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, ada sebuah rumah sakit bersalin (RSB) yang diberi nama sesuai lokasinya, yakni Rumah Sakit Bersalin Duren Tiga (RSBDT). Sebenarnya RSB ini berdiri pada 2001, namun diresmikan baru Agustus 2004 setelah dibangun kembali menjadi bangunan berlantai tiga. Tidak terlalu besar, tapi bersih.
'Sesuai dengan namanya maka core bussiness RSBDT adalah ibu dan anak. Meski demikian, kata Direktur RSBDT Dr Fachruddin SpOG, dokter-dokter ahli di bidang lain juga ada di rumah sakit tersebut. Seperti ahli THT (telinga, hidung, dan tenggorok), kulit dan kelamin, radiologi, anastesi, dan dokter ahli lainnya.
'Kendati 'baru' berusia hitungan bulan, RSBDT menerapkan pelayanan dan fasilitas yang memenuhi standar lokal, nasional, maupun internasional. Fachruddin menegaskan, pihaknya akan terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran.
'Selain unit rawat inap, rawat jalan, dan laboratorium, rumah sakit bersalin ini juga dilengkapi dengan perlengkapan operasi cukup canggih. Salah satunya adalah teknologi endoskopi. Yaitu, peralatan untuk operasi besar dengan sayatan kecil. Ini lebih maju daripada teknologi operasi sebelumnya yang memakai sayatan besar.
'''Usia kami memang masih sangat muda. Tapi kami berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien. Sebab, prinsip kami usaha lembaga kesehatan ini merupakan sarana untuk beribadah kepada Allah,'' kata Fachruddin.
'Motto yang diterapkan RSBDT adalah layak dan bermanfaat. Layak maksudnya memenuhi standar lokal, nasional, maupun internasional. ''Sedangkan asas manfaat berarti bagaimana kami bisa memberikan kemaslahatan bagi pasien, para pegawai, masyarakat, para pendiri, serta lingkungan, atau alam. Yang jelas kami akan terus berusaha untuk menjadi lebih baik,'' jelasnya.
'RSBDT mendasari setiap langkahnya dengan prinsip ibadah. Itu digambarkan lewat logo yang mencantumkan angka 51 dan 56. Angka 51 mengacu pada surat dalam Alquran yang ke-51, yaitu Adz Dzariyat. Sedangkan angka 56 menunjuk pada ayat ke-56 yang berbunyi ''Tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah.''
'Dengan konteks tersebut rumah sakit bersalin ini merupakan sarana untuk mengabdi kepada Allah dalam bidang kesehatan. ''Kami bisa mengabdi sesuai dengan bidang tugas dan keahlian masing-masing. Karena kami diberi sedikit ilmu tentang kesehatan, maka sarana pengabdian kami adalah dengan lembaga kesehatan berupa rumah sakit bersalin ini,'' ungkap Fachruddin. Menurutnya, pasien yang berobat di RSBDT kebanyakan dari kelas menengah. Meskipun demikian, pasien yang tidak mampu secara ekonomi akan mendapat fasilitas dan keringanan biaya sesuai dengan ketentuan Departemen Kesehatan.''Biaya di sini relatif. Artinya, tidak ada hitam diatas putih. Masyarakat mampu bisa menjangkau, sementara yang miskin juga bisa menikmati fasilitas di sini karena ada keringanan biaya. Sebab, kami memang dituntut untuk bisa memberikan manfaat bagi semua lapisan masyarakat,'' ujar dokter ahli kandungan ini. Tentang rencana pengembangan ke depan, Fachruddin menyatakan hal itu akan dilakukan sesuai dengan jalur yang ada dan tetap berlandaskan pada prinsip ibadah. ''Sekali lagi prinsip kami ingin memberikan yang terbaik bagi masyarakat,'' katanya.

July 25, 2005

Minggu ke-37 dan Ganti Dokter...

Sebenernya udah sebulan ini saya pindah dokter. Awalnya... hmmm, alasan klasik. Biaya bersalin di RS deket rumah itu koq tinggi sekali yah. Tadinya ragu untuk pindah dokter, feel insecure gitu buat pindah dari dokter yang udah biasa nanganin. Tapi pas mo pesen kamar buat lahiran, koq ya berasa banget ya mahalnya.
Ga sengaja, Mas ngobrol ama temen kantornya, mantan temen kantor saya. Ngobrolin persalinan di RS gituh. Dia ngunjukin Rumah Sakit Bersalin yang layak dan bermanfaat *hehehe*, which is trus kami bedua search di Google dengan kata kunci RSB tersebut. Hasilnya ada satu artikel di Republika tentang RSB tersebut. Ga lama abis Mas ngobrol ama manager quality assurance di kantornya ituh, istrinya yang saya kenal saat mereka masih pacaran menelpon saya. Cerita gitu tentang proses persalinannya di RSB itu dan ngunjukin dokternya serta sedetil mungkin ngasih informasi tentang dokter dan RSB.

Awalnya masih ragu. Selain letaknya yang lumayan lah buat orang hamil tak bermobil, juga kembali ke masalah, ganti dokter di saat2 udah mo partus beginih. Tapi mengingat perasaan terlalu mahal yang muncul tiap kali inget ama ruang rawat di RSB deket rumah, akhirnya saya coba buat ketemu dokter-nya yang sehari setelah teman saya telpon itu kebetulan praktek di RSPP. Naek bajay cuman 6000 dari rumah, sama lah ama ke RSB biasa.

Pertemuan pertama itu mengesankan. Dokter ini ga maen USG ajah. Tapi tampak cukup teliti memeriksa, sabar mendengar keterangan pasien, perhatian dan rasanya cukup menenangkan dan menentramkan hehehe... Selain itu, dokter ini juga terlihat cukup senior (bukan meremehkan yang junior, tapi berhubung ganti dokter di saat akhir jadi lebih feel secure gitu kalo dokternya udah senior dan banyak pengalaman).

Akhirnya, kami berdua memutuskan untuk pindah dokter dan pada minggu ke-37 kemaren memeriksakan diri di RSB tempat sang dokter jadi direktur. Ternyata tempatnya ga sejauh yang dibayangkan. Rumah sakit-nya baru, baru berdiri setahun, sebelumnya RSB ini adalah Rumah Bersalin yang berdiri sejak tahun 1971. Ternyata, antrian pasien untuk dokter ini mengular. Saya dateng saat jam praktek baru mulai, dan kebagian nomer 18, which is baru dipanggil 2,5 jam setelah saya datang :-).
Berhubung udah deket due-date, pas periksa kemaren saya diambil darah dan langsung dianalisa di lab situ. Sejam kemudian udah selesai. Pas bayar di kasir... hehehe... jauh banget deh biayanya ama RSB yang dulu.
Mudah-mudahan aja semuanya berjalan lancar dan selamat meski pindah dokter dan RS.

Keadaan dd tampaknya ga banyak perubahan dari sebelumnya. Gerak aktif dan penuh energi, serasa mo keluar kalo lagi dibawa jalan, sering cegukan, susah makan tapi doyan minum es hehehe... Ga tau dd, ga tau emaknya nih.

Owiyah... minggu ini KTP dan KK kami sudah jadi. Sebulan euy bikin KTP doang. Padahal di KTP-nya udah ditandatangan sejak 4 hari setelah saya menyelesaikan urusan admin dengan pihak kecamatan. Ck ck ck.... Untung buat KK-nya ga selama yang dibilang sebelumnya. Dulu dibilangnya, KK baru jadi paling cepat seminggu setelah KTP, itu pun kalo koneksi ke pusat oke katanya, klo lagi offline bisa 2 minggu. Wadawww, keburu ngelahirin kali hehehe. Tapi ternyata kemaren bisa besoknya jadi setelah KTP jadi. AlhamduliLlah...

July 22, 2005

For Sale...


rumah katumiri

Saya suka rumah di foto atas... Cukup luas, udaranya segar, pemandangan ke depan indah *siang hari kita bisa melihat lembah dengan sawah menghijau, malam hari lampu2 dari kota Cimahi berkilau*, belum lagi arsitektur-nya yang nyeni dan terkesan alami. Yap, jiwa seniman bapak lah yang mengantar rumah ini jadi menyenangkan.

Saking lucunya ni' rumah, beberapa anak kecil sering kali mampir sepulang mereka jalan dari Curug Penganten. Awalnya mereka dengan malu2 berdiri di depan rumah. Lalu saat kami menawari masuk, pelan2 setengah takut mereka masuk. "Kakak, rumahnya lucu sekali...," kata seorang anak kelas 1 SD pada saya yang saat itu kebetulan sedang di rumah orang tua. Pernah juga ada orang yang datang bermaksud meminjam untuk shooting sinetron. Sayang ibu sedang sakit saat itu sehingga permohonan tersebut beliau tolak.

Letaknya terpencil. Di komplek Katumiri Cihanjuang. Tepatnya di Jl. Tetes Embun. Nama2 jalan di komplek itu memang romantis; tetes embun, hijau daun, desir angin, mentari pagi, dan nama2 indah lainnya. Katumiri sendiri berasal dari bahasa Sunda, Katumbiri, yang artinya Pelangi.

Rumah 2 lantai seluas 150 m2 ini berdiri di lahan 300 m2. Samping kiri-kanan, depan-belakang, masih ada ruang untuk tanah tempat menanam berbagai tanaman. Tanaman bunga, sayur, buah, bumbu atau sekedar rumput. Batu bata pendiri rumah sengaja diekspos dan tidak diplester untuk menimbulkan kesan alami, dan menurut saya sih bikin rumah terlihat nyeni. Bagian dalam rumah dibuat simple. Di lantai bawah ada 1 kamar mandi, 2 kamar tidur, dapur, ruang makan dan ruang duduk. Di samping ada teras tempat biasa tamu duduk sambil minum teh menikmati pemandangan. Lantai atas sengaja dibuat dari kayu untuk menimbulkan efek hangat di dinginnya udara Cihanjuang. Hanya ada 2 kamar tidur, ruang duduk serta mushola plus kamar mandi di bagian atas.

Saya meninggali rumah ini hanya 3 minggu. Yap, sepulang dari Jerman, dan sebelum saya menikah. Setelah menikah, saya ngontrak di Jakarta bersama suami. Sementara saat saya berangkat ke Jerman, saya masih tinggal di Cigadung. Rumah yang saya diami sejak saya ingat tentang dunia.
Bapak menjualnya dengan niat awal membangun rumah yang lebih kecil, lebih murah, sehingga ada uang yang tersisa untuk dana cadangan. Maklum adik2 masih membutuhkan biaya.

Nyatanya... jiwa seni Bapak membuat rumah baru yang dibangun pun tetap saja cukup besar. Dan tentu saja membutuhkan anggaran biaya yang besar pula. Akhirnya... sekarang rumah ini sedang ditawarkan untuk dijual.
Ah Bapak... belum setahun tinggal di sini sudah mau dijual lagi. Kami kehilangan villa dong kalo libur ke Bandung :D.

July 19, 2005

Time Flies...

Cepet bener rasanya waktu berlalu. Minggu ini masuk minggu ke-36. Makan udah makin sdikit, keburu kenyang. Bener2 kekenyangan gituh. Dd rasanya udah mo keluar aja kalo dibawa jalan ni badan hehehe...

Mas lembur terus. Tapi hari Sabtu dia ga lembur hihihi... Gara2nya Frieza ama Aca mo ke mangga dua. Dah gitu, Mas ama temen2 di departemen struktur pengen ngasih kenang2an buat Luthfi yang mo keluar krn dapet beasiswa ke Norway. Saya ngusulin bawain baju dingin aja, buat sediaan saat awal. Lha wong musim gugur aja udha mulai berasa dingin, ntar pas belom beli lagi. Kebeneran pas ditelpon nanyain Luthfi, dia bilang belom punya. Yah,... mana sempat lah tu anak beli2. Kerjaan lagi seabrek gituh. Padahal dia mo terbang tanggal 5.

Akhirnya setelah berjuang pagi hari beres2, nyuci dan Mas dengan baik hatinya ngepel rumah... bisa juga ngikut Frieza n Aca. Ketemu di halte benhil. Ceritanya numpang. Frieza mo beli removeable harddisk, Aca mo beli sepatu buat Radit yang mulai sekolah minggu ini. Tuh kan... time flies... Radit aja udah sekolah lagi.

Ya udah, kita berpisah di harco mangga dua. Muterin pasar pagi mangga dua, akhirnya dapet juga tempat yang jual baju dingin dengan kualitas lumayan dan harga miring. Yaaa... sama lah ama yang di Pasaraya harga 2,5 juta :D.

Pulangnya dianterin Frieza dan Aca. Abis makan siang bareng di Gado2 Boplo, ke rumah de. Mereka nganterin... baby crib. Ya ampun, ga berasa banget ya waktu. Udah ampir due date-nya. Frieza ama Aca ampe udah ngasih baby crib gitu buat our future baby. Makasih banget yaaa....

Jadilah hari Minggu benahin rumah supaya baby crib-nya bisa masuk kamar. Ngeluarin lemari, masukin komputer, ngediriin baby crib. Hasilnya... rumah jadi penuuuuh banget deh perasaan. Dan tiap kali ngeliat baby crib... feels like dd udah ada aja :D

July 12, 2005

"She and I are not together anymore. We broke up about 6 month ago because I wasn't sure whether thisrelationship was fullfilled with love or not. After 4.5 years that was a very hard decision and both of us suffered. She suffered more :-( Now we still have contact from time to time but are not close friends :-(..."

Tercenung saya membaca email dari seorang sahabat saya. Sudah lama saya tak menanyakan kabar teman wanita-nya, sampai di email terahir saya kepadanya, saya teringat untuk menitip salam buatnya. Dan ini reply-nya...

Teringat saya akan makan malam terahir saya dengan mereka. Masakan sang wanita cukup membuat saya memuji kemampuannya memasak, saya bilang, tak heran kamu jatuh cinta padanya.
Dia menjawab cepat, "No, no, I love her not only because she can cook very well!!"

Saya sangat mengapresiasi kepedulian sahabat saya pada mantan-nya. Yap, dia masih peduli untuk still have contact, masih peduli kalo mantan-nya menderita. Kan ada aja yang udah memutuskan untuk bubar di telpon, abis tu belagak ga tau n ga kenal alias "sapa loe?" kalo mantan-nya berusaha untuk tetap berbaik2.

Tapi bagaimanapun... saya bisa merasakan penderitaan sang mantan.. hiks hiks... 4.5 tahun bukan waktu yang sebentar untuk membina suatu hubungan. Saya terbayang perempuan yang mungil untuk ukuran Jerman, manis dan tampak tak banyak bicara (atau mungkin karena bahasa Inggris-nya yang terbatas dan karena bahasa Jerman saya yang tak lancar, ya?) tapi selalu tersenyum itu, dengan penderitaannya. Terbayang saat dia harus berpisah, keluar dari apartemen yang selama ini telah mereka tinggali bersama... pasti sangat berat.

Saat melihat orang yang memutuskan berpisah, sering saya ikut sedih. Apa sih yang ada di benak orang tersebut, koq bisa gitu setelah sekian taun bersama akhirnya pergi begitu saja. Apa ga inget saat2 indah pertama mereka membina hubungan :-(

Terawang saya jadi lebih jauh. Inget ama Mas... dan saya. Belom setaun kami menikah dan membina hubungan... Ah semoga dalam 4, 5, 6 taun ke depan... dan sepanjang usia kami... semuanya akan tetap indah. Amin....

July 09, 2005

Minggu ke-35

Minggu ini masuk minggu ke-35. Makin males makan :-(. Dan makin susah ya bergerak, makin kudu ati2 gituh. Dd sering cegukan. Sehari bisa 2-3 kali. Kasian deh kamu de, keminum air ketuban ibu yah?
Trus minggu ini all of sudden gerakan2 dia tuh begitu berenergi. Ibunya ampe selalu terguncang kalo dia gerak.

Minggu ini ada Bapak di Jakarta, lagi ngerjain proyek gitu. Pulang kantor ke rumah. Jadi lumayan, maghrib ato jam 7-an gitu udah ada temen di rumah. Abis si Mas ngelemburrr terus. 2 jam mulu lagi. Lagi dikejar setoran gitu. Setoran kerjaan maksudnya. Sabtu2 gini aja lemburnya ampe 6 jam.


Awal minggu ini, ada temen dari Samarinda sana yang lagi training di sinih. Sambil nunggu Mas selesai lembur dan maen tenis (waktu itu Bapak belom nginep di rumah), saya ketemuan ama dia dan seorang temen lagi di Plaza Semanggi. Makan malem di Solaria. Ya soalnya ga tau kapan dia mo ke Jakarta lagi. Ntar juga belom tentu saya bisa ketemuan, palagi dah ada bayi *Insya Allah*, mestinya sih lebih susah keluar.

Akhir minggu ini, seorang sahabat terutama di saat duka, melahirkan putri pertamanya. AlhamduliLlah. Dia udah telat lebih dari seminggu dari perkiraan. Kebayang senengnya pas lahir. Sayang, karena rumahnya jauh di Bogor sana dan kondisi badan udah rada2 tidak memungkinkan buat pergi jauh nae bis, jadi hanya bisa kirim doa (dan kado :-) ).

Sebenernya kerjaan saya minggu ini juga banyak sih. Tapi ngantuknya tinggi euy kalo siang. Soalnya... ternyata emang bener ya, minggu2 akhir kehamilan ituh... sakit punggung, sakit perut, dan akibatnya susya tidur hehehe... Jadi kalo siang ngantuk. Akibatnya kerja di depan kompie terasa berad. Untung akhir minggu bisa selesai juga akhirnya. Dengan susah payah menahan pedesnya mata :-)

July 04, 2005

Minggu ke-34

Minggu kmaren itu dd memasuki minggu yang ke-34. Ibunya udah malessss banget makan. Palagi ga tau knapa belakangan ini sering diserang rasa mual dan pusing. Jadi tambah males makannya.
Udah gitu sering banget bad mood, entah kenapa. Kasian si Mas jadinya. Untung orang sabar.
Ga heran kalo berat badan ga naek dibanding 2 minggu sebelumnya waktu kontrol.

Untungnya dd tetap bertambah beratnya (kalo nurut USG siiiy) jadi 2400 gram. Denyut jantung, plasenta dan ketuban dalam keadaan aman terkendali.
Makin mendekati harinya, makin males deh ngapa2in. Tetep aja kalo males juga kudu dipaksain. Semakin males dan menumpuk kerja, maka akan makin menyebalkan ngerjainnya.

Udah ah, cuman mo ngerecord kondisi dd. Lagi males... kan udah dibilangin lagi males ngapa2in :p